BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM)
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma
bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30
tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit
sputum mukoid. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik,
tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka
waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama
pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu
mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita
dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak
dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa
tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul
hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan
kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit
(Price & Wilson, 1994 : 695)
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang disebabkan oleh
adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam
masa observasi beberapa waktu (Mansunegoro, 1992).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan
yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner &
Suddarth, 2002).
Penyakit Obstuktif Menahun ( PPOM ) merupakan
sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dab ke luar paru.
Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif, emfisema, dan asma
bronkhial ( Black, 1993 ).
2.2 Etiologi
Etiologi
penyakit ini belum diketahui.Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan
faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain:
1. Merokok sigaret yang
berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi paru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1
antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan dll
Pengaruh
dari masing-masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling memperkuat
dan faktor merokok dianggap yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit ini
( Dharmago & Martono, 1999 : 383 ).
2.3 Manifestasi Klinik
1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan
mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan, udara dingin, atau infeksi.
2. Sesak nafas dan dispnea.
3. Terperangkapnya udara akibat hilangnya
elastisitas paru menyebabkan dada mengembang.
4. Hipoksia dan Hiperkapnea.
5. Takipnea.
6. Dispnea yang menetap
( Corwin , 2000 : 437)
2.4 Anatomi
2.5 Patofisiologi
Faktor – faktor resiko yang telah disebutkan diatas akan
mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada
dinding bronkiolus terminal.Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi
obstruksi bronkus kecil atau bronkiolus terminal, yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi.Udara yang pada saat inspirasi mudah masuk ke
dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara atau air trapping. Hal inilah yang menyebabkan adanya
keluhan sesak nafas dengan segala akibat – akibatnya.Adanya obstruksi dini saat
awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan
fase ekspirasi ( Dharmojo & Martono,1999 : 384).
2.6 Pathways
(Arif Muttaqin, 2008; 157)
2.7 Penatalaksanaan
Intervensi medis bertujuan
untuk :
1. Memilihara kepatenan jalan napas dengan
menurunkan spasme bronkhus dan membersihkan sekret yang hilang.
2. Memilihara keefektifan pertukaran gas.
3. Mencegah dan mengobati infeksi saluran
pernapasan.
4. Meningkatkan toleransi latihan.
5. Mencegah adanya komplikasi ( gagal napas
akut dan asmatikus )
6. Mencegah alergen/ iritasi jalan napas.
7. Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati
depresinyang sering menyertai adanya obstruksi njalan napas kronik.
Manajemen medis yang diberikan
berupa:
1) Pengobatan farmakologi.
a) Ainti inflamasi ( kortikosteroid, natrium
kromolin, dan, lain-lain )
b) Bronkodilator.
Adrenergik : efedrin, epineprin, dan beta adrenegik agonis selektif.
Non Adrenegik : aminofilin, teofilin.
c) Anthistamin.
d) Steroid.
e) Antibiotik.
f) Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 1/menit nasal kanul.
2) Higiene paru.
3) Latihan.
4) Menghindari bahan iritan.
5) Diet
( Arif Muttaqin, 2008; 159)
2.8Pemeriksaan Diagnostik
1. Pengukuran funsi paru
2. Analisa Gas Darah
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan Sputum
5. Pemeriksaan Radiologi Thoraks foto ( AP
dan Lateral )
6. Pemeriksaan Bronkogram
( Arif Muttaqin,
2008; 158)
2.9Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkografi
2. Bronkoskopi
3. CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronkial
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan informasi tentang
gejala-gejala terakhir juga manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini adalah
daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat
kesehatan yang jelas dari proses penyakit :
ü Sudah berapa lama pasien mengalami
kesulitan pernapasan ?
ü Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
Jenis aktivitas apa?
ü Berapa jauh batasan pasien terhadap
toleransi aktivitas?
ü Kapan selama siang hari pasien mengeluh
paling letih dan sesak napas?
ü Apakah kebiasaan makan dan tidur
terpengaruh?
ü Apa yang pasien ketahui tentang penyakit
dan kondisinya?
Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan
pemeriksaan; pertanyaan yang patut dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih
lanjut termasuk :
ü Berapa frekuensi nadi dan pernapasan
pasien?
ü Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?
ü Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot
abdomen selama inspirasi?
ü Apakah pasien menggunakan otot-otot
aksesori pernapasan selama pernapasan?
ü Apakah tampak sianosis?
ü Apakah vena leher pasien tampak membesar?
ü Apakah pasien mengalami edema perifer?
ü Apakah pasien batuk?
ü Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum
pasien?
ü Bagaimana status sensorium pasien?
ü Apakah terdapat peningkatan stupor?
Kegelisahan?
3.2
Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak
efektif, infeksi bronkopulmonal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidaksamaan ventilasi-perfusi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping obat,
kelemahan, dispnea
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya imunitas, malnutrisi
e. Kurang pengetahuan tentang
kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang informasi.
3.3
Intervensi
a)
Tidak
efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi,
peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
Intervensi :
Mandiri
ü
Auskultasi
bunyi nafas
ü
Kaji
frekuensi pernapasan
ü
Kaji
adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan dan penggunaan otot bantu
pernapasan
ü
Berikan
posisi yang nyaman pada pasien : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
ü
Hindarkan
dari polusi lingkungan misal : asap, debu, bulu bantal
ü
Dorong
latihan napas abdomen
ü
Observasi
karakteristik batuk misalnya : menetap, batuk pendek, basah
ü
Tingkatkan
masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung
ü
Berikan
air hangat
Kolaborasi :
ü Berikan obat sesuai indikasi :
bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid oral/IV dan inhalasi, antimikrobial,
analgesik
ü Berikan humidifikasi tambahan : misal
nebuliser ultranik
ü Fisioterapi dada
ü Awasi GDA, foto dada, nadi oksimetri
b)
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi
Intervensi
Mandiri :
ü Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan.
Catat penggunaan alat bantu pernapasan
ü Tinggikan kepala tempat tidur, bantu
pasien memilih posisi yang mudah untuk bernapas
ü Kaji kulit dan warna membran mukosa
ü Dorong mengeluarkan sputum,penghisapan bila
diindikasikan
ü Auskulatasi bunyi nafas
ü Palpasi fremitus
ü Awasi tingkat kesadaran
ü Batasi aktivitas pasien
ü Awasi TV dan irama jantung
Kolaborasi :
ü Awasi GDA dan nadi oksimetri
ü Berikan oksigen sesuai indikasi
ü Berikan penekan SSP (antiansietas, sedatif
atau narkotik)
ü Bantu intubasi, berikan ventilasi mekanik
c)
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi
sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea
Intervensi
:
Mandiri :
ü Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat
ini. Evalusi berat badan
ü Auskultasi bunyi usus
ü Berikan perawatan oral sering
ü Berikan porsi makan kecil tapi sering
ü Hindari makanan penghasil gas dan minuman
berkarbonat
ü Hindari makanan yang sangat panas dan
sangat dingin
ü Timbang BB
Kolaborasi :
ü Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan
yang mudah dicerna
ü Kaji pemeriksaan laboratorium seperti
albumin serum
ü Berikan vitamin/mineral/elektrolit sesuai
indikasi
ü Berikan oksigen tambahan selama makan
sesuai indikasi
d)
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, malnutrisi
Intervensi :
Mandiri.
ü Awasi suhu
ü Kaji pentingnya latihan nafas, batuk
efektif, perubahan posisi sering dan msukan cairan adekuat
ü Observasi warna, karakter, bau sputum
ü Awasi pengunjung
ü Seimbangkan aktivitas dan istirahat
ü Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi
adekuat.
Kolaborasi
:
ü Dapatkan spesimen sputum
ü Berikan antimikrobial sesuai indikasi
e)
Kurang
pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi :
ü Jelaskan proses penyakit
ü Jelaskan pentingnya latihan nafas, batuk
efektif
ü Diskusikan efek samping dan reaksi obat
ü Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler
ü Tekankan pentingnya perawatan gigi /mulut
ü Diskusikan pentingya menghindari orang
yang sedang infeksi
ü Diskusikan faktor lingkungan yang meningkakan
kondisi seperti udara terlalu kering, asap, polusi udara. Cari cara untuk
modifikasi lingkungan
ü Jelaskan efek, bahaya merokok
ü Berikan informasi tentang pembatasan
aktivitas, aktivitas pilihan dengan periode istirahat
ü Diskusikan untuk mengikuti perawatan dan
pengobatan
ü Diskusikan cara perawatan di rumah jika
pasien diindikasikan pulang
3.4
Evaluasi
1. Menunjukkan perbaikan pertukaran gas
dengan menggunakan bronkodilator dan terapi oksigen
a. Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan,
konfusi, atau agitasi
b. Hasil pemeriksaan gas darah arteri stabil
tetapi tidak harus nilai-nilai yang normal, karena perubahan kronis dalam
kemampuan pertukaran gas dari paru.
2. Mencapai bersiahan jalan napas.
3. Memperbaiki pola pernapasan.
a. Berlatih dan menggunakan pernapasan
diafragma dan bibir yang dirapatkan.
b. Menunjukkan penurunan tanda-tanda
bernapas.
4. Menunjukkan aktivitas perawatan diri dalam
batasan toleransi.
a. Mengatur aktivitas untuk menghindari
kelitihan dan dispnea.
b. Menggunakan pernapasan terkendali ketika
melakukan aktivitas.
5. Mencapai toleransi aktivitas dan melakukan
latihan serta melakukan aktivitas dengan sesak napas lebih sedikit.
6. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif
serta mengikuti program rehabilitasi paru.
7. Patuh terhadap program terapeutik.
a. Mengikuti rigamen pengobatan yang telah
ditetapkan
b. Berhenti merokok
c. Mempertahankan tingkat aktivitas yang
dapat diterima.
(Arif Muttaqin, 2008; 164 )
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1.
PPOM adalahkelainanparu
yang ditandaidengangangguanfungsiparuberupamemanjangnyaperiodeekspirasi yangdisebabkanolehadanyapenyempitansalurannafasdantidakbanyakmengalamiperubahandalammasaobservasibeberapawaktu.PPOMterdiridarikumpulantigapenyakityaituBronkitiskronik,
EmfisemaparudanAsma.
2.
Faktorresikodari PPOM
adalah :Merokoksigaret yang berlangsung lama, Polusiudara, Infeksiparuberulang,
Umur, Jeniskelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasiklinik PPOM adalahpadaLansia, antara lain :Batuk yang
sangatproduktif, purulent, danmudahmemburukolehiritan-iritaninhalen,
Sesaknafas, Hipoksiadanhiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang menetap
4. Penatalaksanaanpadapenderita PPOM :Meniadakan factor etiologidanpresipitasi,
Membersihkansekresi Sputum, Memberantasinfeksi, MengatasiBronkospasme,
PengobatanSimtomatik, Penangananterhadapkomplikasi yang timbul,
Pengobatanoksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.
4.2Saran
Menghindarifaktorresiko :
ü Anjurkanklienuntuktidakmerokok
ü Anjurkanklienuntukcukupistirahat
ü Anjurkanklienuntukmenghindari
allergen
ü Anjurkanklienuntukmengurangiaktifitas
ü Anjurkanklienuntukmendapatkanasupangizi
yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
1.
Doengoes,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC.
2. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
3. Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta : EGC.
4. Anonim. 2010. Askep Klien PPOM. http://nursingbegin.com/askep-klien-ppom/. By Posted : 22-03-2010
5. Dwi Atmaja, Arifin. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PPOM.
http://nursecerdas.wordpress.com/2011/10/21/askep-ppom/.By Posted: 21-10-2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar